BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada dasarnya, sistem pendidikan Islam didasarkan pada
sebuah kesadaran bahwa setiap Muslim wajib menuntut ilmu dan tidak boleh mengabaikannya.
Banyak nash al-Qur’an maupun hadits Nabi yang menyebutkan juga keutamaan
mencari ilmu dan orang-orang yang berilmu. Sesungguhnya motivasi seorang
Muslim untuk mencari ilmu adalah dorongan ruhiyah, bukan untuk mengejar faktor
duniawi semata.
Betapa pentingnya pendidikan, karena hanya dengan proses
pendidikanlah manusia dapat mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang
mulia, melalui pemberdayaan potensi dasar dan karunia yang telah diberikan
Allah. Apabila semua itu dilupakan dengan mengabaikan pendidikan, manusia akan
kehilangan jatidirinya.
Dalam Islam, pentingnya pendidikan
tidak semata-mata mementingkan individu, melainkan erat kaitannya dengan
kehidupan sosial kemasyarakatan. Konsep belajar/pendidikan dalam Islam
berkaitan erat dengan lingkungan dan kepentingan umat. Oleh karena itu, dalam
proses pendidikan senantiasa dikorelasikan dengan kebutuhan lingkungan, dan
lingkungan dijadikan sebagai sumber belajar. Seorang peserta didik yang diberi
kesempatan untuk belajar yang berwawasan lingkungan akan menumbuh kembangkan potensi manusia sebagai pemimpin.
BAB II
PEMBAHASAN
Muhammad nor syam menyatakan bahwa
pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya
dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu ruhani (pikir, rasa,
karya, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indra serta
keterampilan-keterampilan). Pendidikan menurutnya juga merupakan hasil atau
prestasi yang dicapai oleh erkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga pendidikan
dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam arti terakhir ini merupakan tingkat
kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan[1].
Dengan berdasarkan pengertian
pendidikan sebagaimana di atas, maka dapat dikatakan bahwa masalah pendidikan
merupakan masalah hidup dan kehidupan manusia yang mencakup segala aspek. Dengan filsafat masalah-masalah pendidikan
diharapkan dapat dipecahkan dengan sebaik-baiknya dengan menggunakan pendekatan
yang sebaik-baiknya pula.
1.
KONSEP BELAJAR MENURUT ISLAM
Konsep adalah gambaran mental dari
obyek, suatu pemikiran, ide, suatu gagasan yang mempunyai derajat kekongkritan,
proses ataupun yang diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
hal-hal lain. Sedangkan belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan
oleh individu dalam perubahan tingkah lakunya baik melalui latihan dan
pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor untuk
memperoleh tujuan tertentu.
Konsep pendidikan Islam yaitu suatu ide
atau gagasan untuk menciptakan manusia yang baik dan bertakwa yang
menyembah Allah dalam arti yang sebenarnya, yang membangun struktur
pribadinya sesuai dengan syariah Islam serta melaksanakan segenap
aktifitas kesehariannya sebagai wujud ketundukannya pada Tuhan. Dengan cara
menanamkan nilai-nilai fundamental Islam kepada setiap Muslim
terlepas dari disiplin ilmu apapun yang akan dikaji (Fatih Syuhud
dalam Sidogiri.com).
A.
Pendidikan Dalam Sejarah Islam
Penyelenggaraan pendidikan dalam
lintasan sejarah Islam telah dimulai oleh Rasulullah saw dan para Khulafa
ar-Rasyidin. Rasulullah saw telah menjadikan mengajar baca-tulis bagi 10 orang
penduduk Madinah sebagai syarat pembebasan bagi setiap tawanan perang Badar.
Pada masa itu nabi Muhammad senantiasa menanamkan kesadaran pada sahabat dan
pengikutnya akan urgensi ilmu dan selalu mendorong umat untuk senantiasa
mencari ilmu. Hal ini dapat kita buktikan dengan adanya banyak hadis yang
menjelaskan tentang urgensi dan keutamaan (hikmah) ilmu dan orang yang memiliki
pengetahuan. Khalifah Umar bin Khattab, secara khusus, mengirimkan ‘petugas
khusus’ ke berbagai wilayah baru Islam untuk menjadi guru pengajar bagi
masyarakat Islam di wilayah-wilayah tersebut.
Institusi pendidikan Islam yang mulai
menggunakan sistem pendidikan ‘modern’ baru muncul dengan berdirinya Perguruan
al-Azhar oleh Daulat Bani Fatimiyyah di Kairo pada tahun 972 M. Pada al-Azhar,
selain dilengkapi dengan perpustakaan dan laboratorium, mulai diberlakukan
sebuah kurikulum pengajaran. Pada kurikulum al-Azhar diajarkan
disiplin-disiplin ilmu agama dan juga disiplin-disiplin ilmu ‘umum’ (aqliyyah).
Ilmu agama yang ada dalam kurikulum al-Azhar antara lain tafsir, hadits, fiqh,
qira’ah, teologi (kalam), sedang ilmu akal yang ada dalam kurikulum al-Azhar
antara lain filsafat, logika, kedokteran, matematika, sejarah dan geografi
(Al-Bughury, 2009). Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai
aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, ternyata bukan
berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup
manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan
belajar. Dalam Al-Qur’an, kata Al-Ilm dan
turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub dalam wahyu yang
pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al-‘Alaq ayat 1-5. Ayat ini
menjadi bukti bahwa Al-Qur’an memandang bahwa aktivitas belajar merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat
berupa menyampaikan, menelaah, mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Secara
faktual, begitu pentingnya ilmu pengetahuan sehingga mewajibkan kepada umat
dalam menuntut ilmu ( belajar), sebagaimana dijelaskan Rosulullah SAW dalam
sabdanya yang artinya : “menuntut
ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”(HR. Ibnu Abdil Bari) dan juga sabda beliau yang memiliki arti: “tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”
B.
Ruang Lingkup Belajar Menurut islam
Adapun ruang lingkup pendidikan secara
garis besar dalam konsep islam dibagi menjadi 5, yaitu:
1. Keimanan
2.
Akhlak
3.
Intelektual
4.
Fisik
5.
Psikis
C.
Ciri-Ciri Belajar
Belajar merupakan tindakan siswa yang
kompleks. Yang hanya dialami oleh siswa itu sendiri.
Unsur-unsur
|
Belajar
|
Pelaku
Tujuan
Proses
Tempat
Syarat terjadi
Ukuran keberhasilan
Faedah
Hasil
|
Siswa yang bertindak belajar/pembelajar
Memperoleh hasil belajar/pengalaman hidup
Internal pada diri pembelajar
Disembarang tempat belajar
Motivasi belajar yang kuat
Dapat memecahkan masalah
Mempertinggi martabat pribadi
Hasil beajar sebagai dampak pengajaran
|
D.
Tujuan Belajar
Belajar merupakan peristiwa sehari-hari
di sekolah. Kompleksitas belajar tersebut dapat dipandang dari dua subjek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar
dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dan menghadapi
bahan belajar. Bahan belajar tersebut berupa keadaan alam, hewan,
tumbuh-tumbuhan, manusia, dan bahan yang telah terhimpun dalam buku-buku
pelajaran. Dari segi guru, proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku
belajar tentang suatu hal. Belajar merupakan proses internal dan kompleks. Yang
terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi
ranah-ranah kognitif, efektif, dan psikomotorik. Proses belajar yang
mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar tertentu.
Dalam firman Allah SWT : “Allah niscaya
mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan mereka yang berilmu pengetahuan
bertingkat derajat dan Allah maha mengetahui terhadap apa yang kamu lakukan”.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujaddalah: 11)
E.
Arti Penting Belajar menurut Al-Qur’an
Agama islam sangat menganjurkan kepada
manusia untuk selalu belajar. Bahkan islam mewajibkan kepada setiap orang yang
beriman untuk belajar. Perlu diketahui bahwa setiap apa yang dikerjakan, pasti
dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi manusia. Beberapa
hal penting yang berkaitan dengan belajar antara lain:
Bahwa orang yang belajar akan
mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan segala masalah yang
dihadapinya di kehidupan dunia.
Manusia dapat mengetahui dan memahami
apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang yang tidak memiliki
pengetahuan akan apa yang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan
dimintai pertanggungjawabannya.
Dengan ilmu yang dimilikinya, mampu
mengangkat derajatnya di mata Allah. Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimumulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respon berupa
reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon.( Anonymous.2010.www.wordpress.com.Konsep Pembelajaran Islami).
F.
Konsep Strategi Belajar-Mengajar Yang Islami
Strategi Belajar-Mengajar Menurut Konsep Islami, pada dasarnya sebagai
berikut:
1. Proses belajar mengajar dilandasi dengan kewajiban yang dikaitkan dengan
niat ibadah kepada Allah.
2. Konsep strategi belajar mengajar memerlukan kreativitas baik metodologi
maupun desain pembelajaran.
3. Mendidik dengan ketauladanan yang baik.
4. Membutuhkan pembiasaan-pembiasaan untuk mencapai hasil yang maksimal
5.
Mengadakan
evaluasi.
6.
Dalam proses
pembelajaran belajar-mengajar harus diawali dan diakhiri dengan do’a.
Dalam Al-Quran, cara belajar yang
membutuhkan usaha manusia, sebagaimana dikemukakan ole Najati (2005), dapat
melalui meniru (imitasi),
coba-coba (trial and eror), atau melalui pemikiran dan membuat konklusi logis.
G.
Sarana belajar
Manusia diciptakan oleh Allah dalam
keadaan tidak berpengetahuan, namun Allah membekali manusia dengan sarana
sarana baik fisik maupun psikis, agar manusia dapat menggunakannya untuk
belajar dan mengembangkan ilmu dan teknologi untuk kepentingan dan kepentingan
manusia.
ª!$#ur
Nä3y_t÷zr&
.`ÏiB
ÈbqäÜç/
öNä3ÏF»yg¨Bé&
w
cqßJn=÷ès?
$\«øx©
@yèy_ur
ãNä3s9
yìôJ¡¡9$#
t»|Áö/F{$#ur
noyÏ«øùF{$#ur
öNä3ª=yès9
crãä3ô±s?
ÇÐÑÈ
Artinya:” dan Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS. An-Nahl:78)
1.
Sarana fisik
Dalam Al-Quran diantara indra-indra eksternal, hanya mata dan telinga yang
sering disebut keduanya merupakan alat yang utama membantu seseorang untuk
melakukan kegiatan belajar. Meskipun demikian. Bukan berarti indra eksternal
lainnya seperti pencium, peraba dan perasa tidak mepunyai fungsi dalam kegiatan
belajar karena adakalanya indra-indra tersebut membantu manusia untuk lebih
mudah memahami apa yang mereka pelajari.
2.
Sarana
psikis
1)
Akal
Akal dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi intelegensi. Akal
sebagai sarana psikis belajar dijelaskan dalam surah An-Nahl ayat 78 dengan
kata af-idah. Menurut Quraish shihab af idah berarti ” daya nalar”.
2)
Qalbu
Qalbu mempunyai dua arti yakni fisik atau metafisik. Dalam arti fisik
adalah Jantung (Heart) berupa segumpal daging berbentuk lonjong, terletak dalam
rongga dada sebelah kiri. Dalam pengertian non fisik Qalbu iartikan sebagai
al-aql (akal), al-lubb (inti; akal), al-dzakirah (ingatan; mental) dan
al-quwwqh al-aqilah (daya pikir). Sementara dalam kamus Al-Maurid, Qalb
nonfisik diartikan sebagai 1) mind (akal/pikiran), dan 2) secret tought
(pikiran tersembunyi/rahasia).
H.
Konsep Belajar Menurut Tokoh-Tokoh Islam
1.
Al-Ghazali
Menurut Al-Ghazali proses belajar adalah usaha orang itu untuk
mencari ilmu karena itu belajar itu sendiri tidak terlepas dari ilmu yang akan dipelajarinya.
Berkaitan dengan ilmu, Al-Ghazali berpendapat ilmu yang dipelajari
dapat dari dua segi, yaitu ilmu sebagai proses dan ilmu sebagai objek.
Pertama, sebagai proses, Al-Ghazali megklasifikasikan ilmu menjadi
tiga. Pertama ilmu hissiyah (ilmu yang diperoleh melalui pengindraan). Kedua,
ilmu Aqliyah (ilmu yang diperoleh melalui kegiatan berpikir (akal). Ketiga,
ilmu Ladunni (ilmu yang langsung diperoleh dari Allah tanpa berfikir dan proses
pengindraan.
Kedua, sebagai objek, Al-Ghazali membagi ilmu menjadi tiga
macam. Pertama, ilmu pengetahuan yang tercela secara mutlak baik sedikit maupun
banyak seperti sihir. Kedua, ilmu pengetahuan yang terpuji baik sedikit maupun
banyak. Dan Ketiga, ilmu pengetahuan yang dalam kadar tertentu terpuji tetapi bila
mendalaminya tercela seperti ilmu ketuhanan, cabang ilmu filsafat (Wahyuni dan
Baharuddin, 2010).
Menurut Al-Ghazali ilmu terdiri dari dua jenis, yaitu ilmu kasbi
dan ilmu ladunni. Ilmu kasbi adalah cara berfikir sistematik dan metodik yang
dilakukan secara konsisten dan bertahapmelalui proses pengamatan, penelitian,
percobaan dan penemuan. Ilmu Ladunni adalah ilmu yang diperoleh
orang-orang tertentu dengan tidak melalui proses perolehan ilmu pada umumnya
tetapi melalui proses pencerahan oleh hadirnya cahaya ilahi dalam qalbu.
Menurut Al-Ghazali pendekatan belajar dalam menuntut ilmu
dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan ta’lim insani dan
ta’lim rabbani (Wahyuni dan Baharuddin, 2010)
|
2.
Al-Zarnuji
Konsep pendidikan Al-Zarnuji tertuang dalam karya monumentalnya, kitab ”
Ta’lim al-Mutallim Thuruq al-Ta’allum” konsep pendidikan yang dikemukakan
antara lain:
1)
Pengertian
ilmu dan keutamaannya
2)
Niat belajar
3)
Memilih
guru, ilmu, teman dan ketabahan dalam belajar
4)
Megormati
ilmu dan ulama
5)
Ketekunan,
kontuinitas, dan cita-cita luhur
6)
Permulaan
dan insensitas belajar serta tata tertibnya
7)
Tawakkal
kepada allah swt
8)
Masa belajar
9)
Kasih sayang
dan memberi nasihat
10)
Mengambil
pelajaran
11)
Wara’
(menjaga diri dari yang syubhat dan haram) pada masa belajar
12)
Penyebab
hafal dan lupa
13)
Masalah
rezeki dan ilmu umur
Al-Zarnuji membagi ilmu pengetahuan
dalam empat kategori. Pertama, ilmu Fardhu ’ain yaitu ilmu yang wajib di
pelajari oleh setiap muslim individual. Kedua, ilmu fardhu kifayah yaitu ilmu
yang kebutuhannya hanya dalam saat-sata tertentu saja, misalnya ilmu shalat
jenazah. Ketiga, Ilmu haram, yaitu ilmu yang haram untuk dipelajari, seperti
ilmu nujum. Keempat, ilmu jawas yaitu ilmu yang yang hukum mempelajarinya boleh
karena bermanfaat bagi manusia (Wahyuni dan Baharuddin, 2010).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut perspektif agama islam, bahwa belajar itu adalah hukumnya wajib bagi setiap
umat baik bagi laki-laki muapun perempuan. Agama islam sangat menganjurkan
kepada manusia untuk selalu belajar. Bahkan islam mewajibkan kepada setiap
orang yang beriman untuk belajar. Perlu diketahui bahwa setiap apa yang
dikerjakan, pasti dibaliknya terkandung hikmah atau sesuatu yang penting bagi
manusia.
B.
Saran
Kami menyadari
mkalah ini masih banyak ke kurangan dan ke salahan yang jauh dari kesempurnan,
maka dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritikan yang membangun
sehingga kami dapat mengembangkan guna memperbaiki agar semakin lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bughury, A.N.A., 2009, Konsep Pendidikan Islam Menurut Al-Quran,
(online), http://alauddinalbughury.wordpress.com/2009/11/25/3/, diakses pada
tanggal 13 Juni 2009, pukul 15.00.
Arlian, R.T., Dkk., 2010, Konsep Dasar Belajar Dan
Pembelajaran Secara Universal Dan Perspektif Islam, Universitas
Muhammadiyah Malang, Malang
Baharuddin dan Wahyuni, E.N., 2010, Belajar dan Teori Belajar,
Ar-Ruzz Media Group, Jogjakarta
[1] Tim Dosen FIP-IKIP Malang, Pengantar4 Dasar-Dasar Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional,
1987), Hal. 7
youtube 5.6 - VideoDl
ReplyDeleteyoutube 5.6 . .youtube.com. youtube.com. youtube.com. youtube mp4 youtube.com. youtube.com. youtube.